Indonesia memiliki industri manufaktur mobil terbesar kedua di Asia Tenggara (setelah Thailand). Kendati begitu, karena pertumbuhannya yang subur di beberapa tahun terakhir, Indonesia akan semakin mengancam posisi dominan Thailand selama satu dekade mendatang. Saat ini, kapasitas total produksi mobil yang dirakit di Indonesia berada pada kira-kira dua juta unit per tahun.
Tertarik dengan kepemilikan mobil per kapita yang rendah, biaya tenaga kerja yang murah dan semakin bertumbuhnya kelas menengah, berbagai pembuat mobil global (seperti Toyota) memutuskan untuk berinvestasi besar-besaran untuk mengekspansi kapasitas produksi di Indonesia dan mungkin akan mengubahnya menjadi tempat pusat produksi mereka di masa depan. Perusahaan-perusahaan lain, seperti General Motors (GM) telah kembali ke Indonesia (setelah GM menutup pabriknya beberapa tahun sebelumnya) untuk memasuki pasar yang menguntungkan ini. Kendati begitu, perusahaan-perusahaan manufaktur mobil dari Jepang tetap menjadi para pemain dominan dalam industri manufaktur mobil Indonesia, terutama merek Toyota. Lebih dari setengah jumlah total mobil yang dijual secara domestik adalah mobil Toyota. Akan menjadi perjalanan yang sangat sulit untuk merek-merek Barat untuk bersaing dengan rekan-rekan Jepang mereka di Indonesia.
Meskipun
low-cost green car (LCGC) yang relatif baru di Indonesia telah menjadi populer (lihat di bawah), kebanyakan orang Indonesia tetap lebih memilih untuk membeli mobil MPV (untuk keluarga). Pemimpin pasar di industri mobil Indonesia adalah Toyota (Avanza), didistribusikan oleh
Astra International (salah satu konglomerat paling terdiversifikasi di Indonesia yang mengontrol sekitar 50% dari pasar penjualan mobil negara ini), diikuti oleh Daihatsu (juga didistribusikan oleh Astra International) dan Honda.
Visi Pemerintah Indonesia Mengenai Industri Otomotif
Pemerintah Indonesia bertekad untuk mengubah Indonesia menjadi pusat produksi global untuk manufaktur mobil dan ingin melihat produsen-produsen mobil yang besar untuk mendirikan pabrik-pabrik di Indonesia karena negara ini bertekad untuk menggantikan Thailand sebagai pusat produksi mobil terbesar di Asia Tenggara dan wilayah ASEAN. Dalam jangka panjang, Pemerintah ingin mengubah Indonesia menjadi sebuah negara pemanufaktur mobil yang independen yang memproduksi unit-unit mobil yang seluruh komponennya dimanufaktur di Indonesia.
Satu lagi pameran yang berhubungan dengan dunia otomotif akan berlangsung di Indonesia. Seven Events bekerja sama dengan Tarsus mengumumkan rencana untuk menyelenggarakan AutoPro 2017, pameran yang berhubungan dengan produk otomotif aftermarket, modifikasi, dan tuning kendaraan pada 23-25 Februari 2017 di Jakarta Convention Center.
Nine Events adalah anak perusahaan dari Seven Events, penyelenggara Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2016, yang menjelaskan mengapa pengumuman AutoPro 2017 dilakukan, Kamis (18/8/2016), di Indonesia Convention Exhibition (ICE), Bumi Serpong Damai, Tangerang, tempat berlangsungnya GIIAS 2016.
Terus tumbuhnya sektor otomotif di Indonesia yang merupakan pusat manufaktur kendaraan terbesar kedua di Asia Tenggara, menjadi alasan Nine Events untuk menyelenggarakan AutoPro 2017.
Penjualan kendaraan di Tanah Air yang mencapai 1.013.291 unit pada 2015, merupakan sinyal positif bagi para produsen produk aftermarket. Karena membuka peluang untuk bertambahnya jumlah pemilik kendaraan yang ingin melakukan modifikasi, baik dalam skala kecil maupun besar.
Presiden Direktur Nine Events, Lia Indriasari, mengatakan AutoPro mengedepankan pameran industri di sektor aftermarket yang lebih fokus kepada transaksi Business to Business (B to B) atau dikenal dengan istilah trade fair, bukan model pameran yang menjual langsung produk kepada konsumen (Business toCustomer) seperti yang diterapkan pada GIIAS.
"Kami juga berkolaborasi dengan beberapa jenama mobil dan menjalin kerjasama dengan National Modificator & Aftermarket Association (NMAA) sebagai mitra kerja dalam kegiatan ini. Ekspektasi kami adalah memberikan sesuatu yang baru di otomotif Indonesia," jelas Lia.
Dalam kesempatan tersebut, International Project Manager Tarsus, Michael Hodge, juga menjelaskan poin-poin menarik dari konsep baru ini.
"AutoPro ini tidak hanya mencakup Indonesia tetapi juga negara-negara lain di kawasan Asia Tenggara dan Australia. Berlangsung selama tiga hari dan khusus hari terakhir dibuka untuk konsumen. Kategori produk yang ikut serta berupa perawatan mobil, aksesori, tuning modifikasi, perangkat multimedia, elektronik, cat, ban dan pelek, perbaikan bodi, serta konektivitas dan baterai kendaraan," paparnya.
AutoPro yang akan diselenggarakan di Hall A dan Hall B JCC ini memasang target melibatkan 100 perusahaan dan 6.000 pengunjung bisnis sepanjang tiga hari penyelenggaraan.
Hal menarik lain dari AutoPro 2017, selain para produsen aftermarket dan pemodifikasi lokal, bakal hadir pula jenama-jenama dari Korea Selatan, Taiwan, Thailand, Tiongkok, bahkan Amerika Serikat.
"Teman-teman modificator dan aftermarket biasanya agak kesulitan untuk berkolaborasi. Nanti kita akan siapkan showcase lebih banyak dan explore di sana. Kita akan bikin GIIAS versi aftermarket, supaya segmen ini dapat maju lebih cepat. Kita pengen Indonesia punya tuner sendiri seperti Thailand. Kita juga undang APM untuk menyediakan unitnya dan nanti modificator akan membuatnya dengan suplai dari rekan-rekan aftermarket," terang Andre Mulyadi, pendiri NMAA.
Beberapa jenama kenamaan sepertinya telah lebih dulu memesan tempat untuk memamerkan produk mereka di ajang ini, seperti GT Radial, 3M, Hankook, Venom, Focal, AVT, Achilles, Kawan Lama, dan Little Tree.
"Untuk tahap pertama terdapat 6 jenama mobil yang berpartisipasi. Kami sudah bertemu dengan Datsun dan Daihatsu yang melihat platform ini untuk memboostingproduknya. Suzuki sedang melihat kesempatan baru. Kalau jenama Toyota, Honda, dan Mitsubishi rasanya positif ikut AutoPro," ungkap Lia.
Ketika ditanyakan apakah pameran ini juga melibatkan kendaraan roda dua, Lia mengatakan belum ada rencana ke arah itu.
"Belum kepikiran ke sana, yang pasti untuk sementara ini konsepnya lebih menyasar ke roda empat," jawab Lia.